Jumat, 11 Februari 2011

Dia pasti jadi milikku dan itu pasti...


Banjarmasin, November 2009

Jam menunjukkan pukul 07.00 WITA, waktu Banjarmasin yang 1 jam lebih awal dari Surabaya, kota persinggahanku sebelum aku mendarat di sini. Berjalan santai aku menyusuri lorong hotel menuju restoran. Ya..sekarang saatnya aku sarapan pagi setelah semalaman aku terkapar nyaris tak sadarkan diri, karena perjalanan panjang yang lalui kemarin.


Tidak banyak tamu hotel kali ini, Restoran ini cukup lengang cukup membuat aku risi oleh tatapan mata mereka. Ah, perduli amat dengan mereka. Mungkin mereka heran melihat aku, sosok pria ganteng dan sarapan pagi sendirian..hahahahaha..hibur kata hatiku. Atau mungkin justru mereka heran melihat penampilanku yang notebene hampir kusut dan loyo seperti wajah lelahku ini..rasanya inilah yang benar..hahaha...


Pukul 08.05 WITA, sudah 1 jam aku menghabiskan waktu di Restoran hotel ini. Tidak terasa waktu berjalan, kalau dilihat-lihat aku hanya makan sepiring nasi goreng dan secangkir kopi hitam. Kenapa bisa memakan waktu 1 jam ya..? Ah, tanpa sadar aku lebih banyak bengong dan menerawang jauh menembus kaca Restoran yang memperlihatkan hiruk pikuk amburadul jalanan kota Banjarmasin. Rasanya sudah saatnya aku turun ke Lobby hotel, sebentar lagi relasiku akan datang menjemputku. Yah, hari ini aku akan melakukan perjalanan ke Samarinda melalui jalan darat. Huufftt...bisa dibayangkan berapa sentimeter lagi daging di bokongku ini akan menipis.. Heehehehe...

Sepi dan lengang, ternyata relasiku belum datang. Akhirnya aku putuskan untuk kembali kamar dahulu, ya..sekedar untuk meluruskan pinggang sebelum pinggang ini tertekuk-tekuk oleh jauhnya perjalanan nanti.

Bip..bip..bunyi telepon seluler mengagetkanku. Relasiku sudah menunggu di Lobby.
Dengan berat kulangkahkan kaki menuju Lobby, berharap perjalanan ini dapat ditunda berang satu hari lagi. Ah, kenapa aku malah menyalahkan perjalanan..justru yang salah itu adalah aku sendiri, kenapa mau malakukan perjalanan ini.. Hehehehe..kata dalam kalimat yang membuat aku pusing sendiri. Sabar sajalah kalau begitu. Tuhan akan menyayangiku jika aku menjadi orang yang sabar..kataku dalam hati, berusaha menghibur diri sendiri.

Woow...
Berpostur tubuh sedang dan berisi..berbalut celana jeans. Duduk santai di sofa depan Receiption. Sebetulnya ini adalah pemandangan yang biasa saja tapi ada hal yang membuat aku tidak bisa memalingkan muka dari sosok ini. Ada yang menggganjal di mataku..mungkin bahkan mengganjal hatiku. Hmm..apa ya..?

Aha..
Gadis berkaca mata hitam besar dan berparas manislah yang membuat ganjalan di mata dan hatiku... Hehehehe..lumayan pagi-pagi dapat pemandangan yang menyejukkan hati. Ucap hatiku sambil melewati tempat gadis ini duduk, hendak menghapiri relasiku yang sudah menunggu di Lobby.

Sial..
Kenapa dia duduk membelakangiku. Ayo pindah dong..biar aku bisa memandangi wajahmu yang manis. Ternyata sosok satu ini mampu membuat aku tidak konsentrasi. Setelah beberapa lama aku berusaha fokus berbincang dengan relasi, aku memutuskan untuk kembali ke kamar dengan sedikit alasan uang konyol ku berikan pada relasiku..sakit perut..heheheheheee.. Demi melihat gadis berparas manis itu tentunya.

Melenggang santai, aku melewati sosok itu. Dengan sikap sok cuek tak menoleh..hmm.. Melirik tentu saja iya.. Huuh..dia cuek dan tidak terusik sedikitpun dengan lewatnya aku di depannya. Asyik membaca koran harian lokal, dengan sesekali menyeruput kopi hitam yang ada di depannya. Aaahh..makin penasaran aku, siapa sebenarnya gadis ini..?

Gadis manis berbalut jeans.. Andai saja aku yang menjadi jeansnya...
Duduk santai sambil membaca koran... Andai saja yang yang menjadi koran itu..
Ditemani secangkir kopi.. Andai saja aku yang menjadi cangkir kopi itu..
Dengan sebatang rokok di sela jari tangan.. Andai aja aku yang menjadi sebatang rokok itu..
Khayalku melayang-layang di kepala ku.. Senyum tersungging sendiri menyadari kegilaan otakku ini, seraya melangkah ke dalam kamar.

30 menit kemudian aku pun melenggang kembali menuju Lobby seraya menenteng koper kecilku.. Akhirnya aku harus berangkat juga menuntaskan perjalananku selanjutnya.

Suuuiiiittt...
Sosok manis itu masih di tempat duduk yang sama dengan posisi yang sama pula.
Tanpa sadar aku bergumam.. "Dia pasti akan menjadi milikku, suatu saat nanti dan itu pasti.."
Deg..tersadar aku atas gumamanku itu.. Bagaimana tidak, kenal saja tidak.. Mengenal dia apalagi tapi hatiku begitu yakin akan hal itu.
Well..kita lihat saja nanti.. Lanjut hatiku berbisik..

"Ok Bos, bisa kita berangkat sekarang." kataku pada relasiku tadi.
Kamipun beranjak dari tempat duduk kami, berjalan menuju pintu keluar.
"Dey..ayo kita berangkat.."Kata Relasiku pada seseorang.
Dengan sedikit penasaran aku menengok kiri kanan mencari orang yang dituju.

Oops...
Setengah ternganga aku diam terpaku, ternyata sosok gadis manis berbalut jeans itu yang di panggil oleh Relasiku. Tanpa basa basi, senyum lebar langsung tersungging di bibirku.. Merayap rasa bahagia di hatiku..
Tak percaya bahwa dia satu rombongan denganku..

Seperti kata pepatah "Pucuk di cinta ulam pun tiba.."
Heheheheh...
Sepertinya Tuhan mendengar keinginanku tadi.
Dia satu perjalanan denganku..
Dia satu kendaraan dengan ku..
Dan dia akan satu hati dengan ku..
Aku yakin dan itu pasti..
Suatu saat nanti..
Dey..tunggu, pasti kau jadi milikku. Janjiku dalam hati.

(This is love story from the Man who loves me)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.